Dulu pusat kota Semarang berporos dari wilhelminaplein/tugumuda, ke Bojong hingga alun-alun, lalu jl Dr Cipto hingga Jomblang/Peterongan. Simpanglima saat ini justru tak terambah karena masih berupa bulak dan rawa, di selatan Simpanglima justru banyak digunakan sebagai Kuburan China. Karena problem sanitasi yang kuran baik, diadakan proyek pembangunan ke arah selatan, proyek ini antara lain dimulai dengan penyelenggaraan Koloniale Tentoonstelling th 1914, sebagai Expo Dunia pertama dan belum pernah diadakan lagi pameran berskala dunia itu di Indonesia.
Event tersebut antara lain lalu membuka kawasan Simpanglima sebagai kawasan baru, dan dibangunlah jalan yang menghubungkan kawasan baru bawah/simpanglima ke perbukitan Candi/Siranda di atasnya. Jalan itu kemudian diberi nama Oei Tiong Ham weg. Oei Tiong Ham adalah orang terkaya d Indonesia/Asia Tenggara saat itu, dijuluki Rajagula Asia Tenggara. Dia adalah salah satu sponsor utama pameran Koloniale Tentoonstelling dan memiliki puluhan hektar lahan di sekitar simpanglima yang menjadi lokasi pameran. Lahan yang digunakan sekitar 26 hektar di lahan pinjaman dari Oei Tiong Ham.
Kawasan ini kemudian menjadi kawasan yang penting ketika pusat pemerintahan propinsi berkantor di kawasan ini. Juga ketika Alun-alun di kawasan Johar digusur oleh Pasar Yaik, maka lapangan besar tempat sosialita warga semarang berpindah di kawasan ini. Hingga 80an kawasan ini dikenal sebagai kawasan budaya, namun kini bergeser menjadi sebuah kawasan bisnis dan pemerintahan yang sangat sibuk di Semarang.
Simpang Lima dijadikan sebagai pusat alun-alun Semarang berdasarkan atas usulan Presiden RI pertama kali yaitu Bp. Ir. Soekarno dengan alasan Pusat alun-alun yang semula berada di Kawasan Kauman telah beralih fungsi menjadi Pusat Perbelanjaan.
tag:simpanglimasemarang,alun alun,pusatkota,tempatnongkrong,kawasansisatakuliner