SEMARANG TEMPO DOELOE

#Sponsor Link Tilter
#Sponsor Link Tilter











Menurut Sejarah merupakan tempat pendaratan kapal seorang Laksamana Tiongkok memeluk agama islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho. Beberapa Pengamat sejarah mengatakan dulunya adalah sebuah bangunan masjid dengan arsitektur tionghoa, tetapi masyarakat menganggap bangunan itu adalah sebuah kelenteng – dari bentuknya mengadopsi arsitektur cina sehingga mirip sebuah kelenteng.
Zheng He / Cheng Ho perjalanan pertamanya ke Jawa tercatat sekitar tahun 1405-1407, dan setelah itu secara teratur ia selalu mengunjungi Jawa. Perjalanan laut armada Cheng Ho biasanya merupakan konvoi dari 300 kapal dengan awak kapal sebanyak kurang lebih 28.000 orang. Ia selalu memperhatikan persembahan dan doa bagi keselamatan perjalanan laut yang harus ditempuhnya bersama awak kapalnya. Masih menurut Wikipedia, dalam dunia modern Zheng He (Cheng Ho) dikenal sebagai simbol dari toleransi beragama.
Sumber :
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=13426/












Komplek Sam Po Kong dipercaya sudah berdiri sejak abad ke-15, setelah kedatangan Sam Po Tay Djien (Zheng Ho) di Jawa dengan mengemban misi menjamin persahabatan. Pendataran tersebut dilakukan di pelabuhan yang pada awal abad ke-15 terletak di Simongan. Setelah lompatan sejarah sekian lama maka pada bulan Oktober 1724 diadakan upacara besar-besaran sebagai ungkapan terima kasih kepada Sam Po Tay Djien yang telah melindungi penduduk dari mara bahaya, sekaligus memperingati pendaratannya. Dua puluh tahun sebelumnya diberitakan bahwa gua yang dipercaya sebagai tempat tinggal Sam Po dulu runtuh disambar petir. Tak berselang lama gua tersebut dibangun kembali dan didalamnya ditempatkan Sam Po dengan empat anak buahnya yang didatangkan dari Tiongkok. Pada perayaan tahun 1724 tersebut telah ditambahkan bangunan emperan di depan gua.

Perbaikan pertama disusul oleh perbaikan kedua pada tahun 1879 yang diprakarsai dan dibiayai oleh hartawan Oei Tjie Sien (ayah Oie Tiong Ham) yang telah mengambil alih pemilikan kawasan tersebut dari Hoo Yam Loo, pemegang pakta madat yang merugi. Tidak begitu jelas apa saja yang ditambahkan pada pemugaran krdua ini, hanya setelah selesai maka komplek tersebut dibuka untuk umum. Pada tahun 1937 atas prakarsa Lie Hoo Soen komplek Sam Po dipugar kembali. Kali ini diadakan beberapa penambahan, yaitu gapura, taman suci dan selasar (Pat Sian Loh) yang menghubungkan Klenteng Sam Po dengan makam Kyai Jurumudi. Listrik masuk ke komplek Sam Po pada zaman pendudukan Jepang dan selanjutnya komplek tersebut dalam keadaan tidak terawat. Namun pada tahun 1950 kembali diadakan perbaikan dengan membuat gapura baru dari beton agar lebih kokoh , taman bunga di halaman belakang klenteng dengan dua buah paseban yang diberi nama Wie Wan Ting dan Tiang Lok Ting serta dua buah pat kwa ting (gasebo berbentuk segi delapan).

Setelah terlantar kembali dua dasawarsa maka pada awal tahun delapan puluhan diadakan penyempurnaan kembali komplek tersebut dengan mengutamakan gerbang klenteng dan ruang pemujaan lain, sarana akomodasi dan lain-lain.
Sumber : Dinas Pariwisata Kota Semarang (www.semarang.go.id)










tag : wisata, sampokong, semarang,chengho,laksamana,klenteng,tua,nongkrong,kota,jalanjalan,antik,lucu,aku.